Suci Lahir
Memutuskan ikatan syetan yang kedua, agar bangun di pagi hari dengan jiwa yang tangkas dan jernih, adalah dengan mensucikan lahir. Dengan berwudhu atau mandi.
Memutuskan ikatan syetan yang kedua, agar bangun di pagi hari dengan jiwa yang tangkas dan jernih, adalah dengan mensucikan lahir. Dengan berwudhu atau mandi.
Sebelum berwudhu atau mandi, seyogyanya mencuci dulu kedua tangan di luar bejana dan beristintsār (menghirup air ke dalam hidung lalu menghembuskannya) serta menggosok gigi. Rasūlullāh bersabda:
“Apabila salah seorang dari kalian bangun dari tidur, maka cucilah tangannya sebelum ia mencelupkannya ke dalam air untuk wudhunya, karena sesungguhnya ia tidak tahu di mana tangannya itu terletak ketika tidur.”
Dikeluarkan oleh Muslim(1), Ahmad(2), Ibnu Mājjaĥ(3), Ad-Darāmiy(4), Abū Dāwūd(5), At-Turmudziy(6), An-Nasā-iy(7) dan Mālik(8). Ini lafaz dari Mālik. Dalam hadīts yang diterima Ibnu Mājjaĥ melalui jalur ‘Abdu r-Rahmān bin Ibrāhīm Ad-Dimasyqiy, pencucian tangan itu dilakukan sebanyak dua atau tiga kali. Kebanyakan riwayat menyatakan tiga kali, kecuali hadīts yang diriwayatkan oleh Mālik serta sebagian dari yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Mājjaĥ, yang tidak menyebutkan banyaknya pencucian.
“Apabila salah seorang dari kalian bangun dari tidur, maka ber-istintsār-lah tiga kali, karena sesungguhnya Syaithan bermalam dalam rongga hidungnya.”
Dikeluarkan oleh Al-Bukhāriy(9), Muslim(10) dan An-Nasā-iy(11). Ini lafaz dari Muslim.
“Seandainya tidak memberatkan ummatku, aku benar-benar telah memerintahkan menggosok gigi setiap kali wudhu.”
Dikeluarkan oleh Ahmad(12), An-Nasā-iy(13) dan Mālik(14). Ini lafaz dari An-Nasā-iy. Ibnu Khuzaimaĥ menilainya shahīh, sedangkan Al-Bukhāriy menilainya mu’allaq.
(nyambung)
(1) Shahīh Muslim: Kitābu th-Thahārah, Bāb Karāhatin Ghamasa l-Mutawadhdhi-i wa Ghairihi Yadahi l-Masykūki fī Najāsatihā fī l-Inā-i Qabla Ghasalahā Tsalātsān; dari Abū Hurairah.
(2) Musnad Ahmad: Musnad Abū Hurairah.
(3) Sunan Ibnu Mājjah: Kitābu th-Thahārah wa Sunnanihā, Bābu r-Rajuli Yastaiqazhi min Manāmi hi Hal Yadkhulu Yadahu fī l-Inā-i Qabla an Yaghsilahā; dari Abū Hurairah dan dari Bapaknya Sālim.
(4) Sunan Ad-Darāmiy: Kitābu sh-Shalāt wa th-Thahārah, Bāb Idzā Istaiqazha Ahadukum min Manāmihi; dari Abū Hurairah.
(5) Sunan Abū Dāwūd: Kitābu th-Thahārah, Bāb fī r-Rajuli Yadkhulu Yadahu fī l-Inā-i Qabla an Yaghsilahā; dari Abū Hurairah.
(6) Jāmi’u t-Turmudziy: Abwābu th-Thahārah, Bāb Mā Jā-a Idzā Istaiqazha Ahadukum min Manāmihi fa Lā Yaghmis Yadahu fī l-Inā-i Hattā Yaghsilahā; dari Abū Hurairah.
(7) Sunan An-Nasā-iyyu l-Kubrā: Kitābu th-Thahārah, Bāb Wudhū-i n-Nā-imi Idzā Qāma ilā sh-shalāt dan Bābu l-Amri bi l-Wudhū-i li n-Nā-imi l-Mudhtaji’. Sunan An-Nasā-iyyu sh-Shughrā: Kitābu th-Thahārah, Bāb Ta’wīl Qawluhu ‘Azza wa Jalla Idzā Qumtum ilā sh-shalāt dan Bābu l-Wudhū-i mina n-Nawmi; dari Abū Hurairah.
(8) Al-Muwatha`: Kitābu sh-Shalāt, Wudhū-i n-Nā-imi Idzā Qāma ilā sh-Shalāt; dari Abū Hurairah.
(9) Shahīhu l-Bukhāriy: Kitāb Bada-i l-Khalqi, Bāb Shifati Iblīs wa Junūdihi; dari Abū Hurairah.
(10) Shahīh Muslim: Kitābu th-Thahārah, Bābu l-Ibtār fī l-Istintsār wa l-Istijmār; dari Abū Hurairah.
(11) Sunan An-Nasā-iyyu l-Kubrā: Kitābu th-Thahārah, Bāb bi Kum Yastantsir; dari Abū Hurairah.
(12) Musnad Ahmad: Musnad Abū Hurairah.
(13) Sunan An-Nasā-iyyu l-Kubrā: Kitābu sh-Shiyāmi l-Awwal, As-Siwāk li sh-Shā-imi bi l-Ghadāti wa Dzakara Ikhtilāf; dari Abū Hurairah.
(14) Al-Muwatha`: Kitābu sh-Shalāt, Mā Jā-a fī s-Siwāk; dari Abū Hurairah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar