Sesungguhnya Tuhan memerintahkan kamu semua agar berkeadilan, berkebajikan dan berkepedulian terhadap sesama. Dan Dia membenci setiap kekejian, kemungkaran dan permusuhan!

04 Juni 2009

MENYAMBUT PAGI (3)

Catatan Berkenaan Pensucian Lahir

Jika berhajat ke kamar kecil atau WC, mencuci kedua tangan, beristintsār serta menggosok gigi, dilakukan usai buang hajat.

Dalam membuang hajat, tetapilah dengan seksama aturan dan adab-adabnya; sebab, “tidak bersih” dalam kencing saja sudah cukup menjadi jalan datangnya siksa kubur. Rasūlullāh pernah bersabda ketika melewati dua kuburan yang masih baru:

“Sesungguhnya dua penghuni kubur ini benar-benar tengah ditimpa siksa; dan tidaklah keduanya disiksa karena dosa besar. Salah seorang dari mereka, disiksa karena tidak bersuci dari kencingnya; sedangkan yang satunya karena ia senang melakukan namīmah –menggunjing.”

Dikeluarkan oleh Al-Bukhāriy(1), Muslim(2), Ahmad(3), Ibnu Mājjaĥ(4), Ad-Darāmiy(5), Abū Dāwūd(6), At-Turmudziy(7) dan An-Nasā-iy(8). Ini lafaz dari Ibnu Mājjaĥ.

Jika dalam keadaan junub, setelah mencuci kedua tangan, beristintsār serta menggosok gigi, lakukanlah mandi secara sempurna, sesuai aturan dan adab-adabnya, dan tidak mengapa mencukupkan wudhu dengannya. Ummu l-Mu`minīn ‘Āīsyaĥ meriwayatkan:

“Adalah Rasūlullāh tidak lagi mengambil wudhu sesudah mandi.”

Dikeluarkan oleh Ahmad(9), Ibnu Mājjaĥ(10), At-Turmudziy(11) dan An-Nasā-iy(12). At-Turmudziy menyatakan hadīts yang diriwayatkannya: hasan shahīh. Ibnu Mājjaĥ meriwayatkannya dengan lafaz: ba’da l-ghusli mina l-janābaĥ (sesudah mandi junub).

(nyambung)

(1) Shahīhu l-Bukhāriy: Kitābu l-Wudhū’, Kitābu l-Janā-iz, Bābu l-Jarīdati ‘alā l-Qabri, dan Bāb ‘Adzābi l-Qabri mina l-Ghībati wa l-Bawli; dari Ibnu ‘Abbās.
(2) Shahīh Muslim: Kitābu th-Thahārah, Bābu d-Dalīl ‘alā Najāsati l-Bawli wa Wujūbi l-Istibrā-i minhu; dari Ibnu ‘Abbās.
(3) Musnad Ahmad: Musnad ‘Abdullāh bin ‘Abbās.
(4) Sunan Ibnu Mājjah: Kitābu th-Thahārah wa Sunnanihā, Bābu t-Tasydīdi fī l-Bawli; dari Ibnu ‘Abbās.
(5) Sunan Ad-Darāmiy: Kitābu sh-Shalāt wa th-Thahārah, Bābu l-IttIqā-i mina l-Bawli; dari Ibnu ‘Abbās.
(6) Sunan Abū Dāwūd: Kitābu th-Thahārah, Bābu l-Istibrā-i mina l-Bawli; dari Ibnu ‘Abbās.
(7) Jāmi’u t-Turmudziy: Abwābu th-Thahārah, Bāb Mā Jā-a t-Tasydīdi fī l-Bawli; At-Turmudziy menerimanya melalui jalur Hannād, Qutaibah dan Abū Kuraib dari Wakī’ dari Al-A’masy dari Mujāhid dari Thāwus dari Ibnu ‘Abbās.
(8) Sunan An-Nasā-iyyu l-Kubrā dan Sunan An-Nasā-iyyu sh-Shughrā: Kitābu th-Thahārah, Bābu t-Tanzihi ‘ani l-Bawli dan Bāb Wadh’i l-Jarīdah ‘alā l-Qabri; dari Ibnu ‘Abbās.
(9) Musnad Ahmad: Hadīts As-Sayyidatu ‘Āīsyah.
(10) Sunan Ibnu Mājjah: Abwābu t-Tayammum, Bāb fī l-Wudhū-i Ba’da l-Ghusl; dari ‘Āīsyah.
(11) Jāmi’u t-Turmudziy: Abwābu th-Thahārah, Bāb Mā Jā-a fī l-Wudhū-i Ba’da l-Ghusl; dari ‘Āīsyah.
(12) Sunan An-Nasā-iyyu l-Kubrā dan Sunan An-Nasā-iyyu sh-Shughrā: Kitābu th-Thahārah, Bāb Tarki l-Wudhū-i Ba’da l-Ghusl; dari ‘Āīsyah.


Related Posts by Categories



Tidak ada komentar:

Posting Komentar