Sesungguhnya Tuhan memerintahkan kamu semua agar berkeadilan, berkebajikan dan berkepedulian terhadap sesama. Dan Dia membenci setiap kekejian, kemungkaran dan permusuhan!

12 Agustus 2009

AGAR SAUM ITU BAIK

Separo Sya’ban sudah berlalu (selepas malam kamis, 5 Agustus 2009). Ramadhan pun tinggal hitungan hari lagi. Kegembiraan, iman dan kesiapan kita memasuki Ramadhan, menjadi modal penting untuk menuai sukses di dalamnya, dengan saum dan semua kebaikan yang kita kerjakan.

Sabda Rasul SAW.: “Sabar adalah separo iman, dan saum itu separo sabar.”(1)

Firman Allāh: “as-sā-ihūna,” oleh sebagian Muslim difahami sebagai “mereka yang saum”(2); karena dengan menanggung lapar dan dahaga, orang-orang yang saum sebenarnya tengah mengunjungi Allāh Ta’ālā.

Begitu pula orang-orang yang bersaumlah yang dimaksud oleh ayat: “Sesungguhnya hanya mereka yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.”(3) Sebab “sabar” adalah nama lain dari saum dan yang akan dituai oleh orang yang saum.

Untuk semua kebaikan saum itu, maka ...

Saum Itu Harus Berlaku Sederhana Dan Cermat Dalam Soal Makan Dan Minum
Yahya ibn Mu’ādz(4) mengatakan: “Ketika murīd (seseorang yang telah memiliki keinginan kuat untuk menempuh jalan Tuhan) dihinggapi oleh berlebih-lebihan dalam soal makan, menangislah Malaikat lantaran sayang kepadanya, sebab siapapun yang terkena penyakit rakus dalam soal makanan, api syahwat pasti akan menggelora, dan nafsunya akan membuat seluruh anggota badannya lemah menghadapi keinginan-keinginan jahat dan malas berbuat kebaikan. Semua itu menjadi senjata yang cukup ampuh bagi Setan untuk menguasainya.”

Namun, apabila murīd berlaku sederhana dan cermat dalam soal apa yang masuk ke perutnya, dan biasa mengosongkan perutnya kecuali sekedar yang dibutuhkan untuk melaksanakan perintah Tuhan, maka kelemahan dan kemalasan akan sirna, begitu pula gelora syahwatnya, dan Setan pun akan tersingkir sejauh-jauhnya.

Dan jika murīd kenyang tanpa mengumbar selera makannya, niscaya badannya menjadi bugar, dan Setan pun akan mudah dikendalikannya.

Memenuhi perut dengan makanan sesuka hati, menjadikan nafs (elemen jahat) membanjiri diri, dan membuat Setan kembali berkuasa atasnya. Sedangkan mengosongkan perut dari makanan berlebihan dan tidak perlu, mengalirkan energi positif rūh ke seluruh tubuh, dan membuat Malaikat kembali memenuhi jiwa dengan berbagai kebaikan.

Namun demikian, Setan tetap akan berusaha mengalahkan orang yang mengosongkan perutnya, dengan rasa kantuk (seperti yang biasa menimpa kita di siang hari bulan Ramadhan. Lantai Masjid dipenuhi tubuh-tubuh yang bergeletakan, dan menguap menjadi kegiatan rutin tambahan yang paling sering terjadi). Kalau yang mengosongkan perutnya saja masih bisa dilemahkan semangatnya dengan kantuk, apalagi yang perutnya penuh? Maka hendaklah murīd bersungguh-sungguh minta tolong kepada Allāh Ta’ālā dalam soal makan dan minum.

Saum Itu Harus Menjaga Lidah Dan Anggota Badan Lainnya Dari Hal-hal Yang Sia-sia
Rasūlullāh bersabda: “Jika kamu saum, jangan berkata keji (rafats) dan jangan mengumbar amarah (shakhb).”(5)

“Siapa yang tidak meninggalkan kata-kata ataupun perbuatan sia-sia (zūr), maka Allāh tidak membutuhkan puasanya.”(6)

Sebagian Muslim memahami keterangan: “Berapa banyak orang yang saum dan yang diperoleh hanyalah lapar dan dahaga saja,”(7) merujuk kepada orang yang menahan diri dalam yang dihalalkan, tetapi berbuka dengan daging sesama lantaran menggunjing orang.

Abū Thālib Al-Makkiy(8) berpendapat bahwa Tuhan menyamakan mendengar-dengarkan kebohongan dengan menyantap makanan atau minuman yang haram, sehingga Dia berfirman: “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, menyantap yang haram.”(9)

Saum Itu Harus Bisa Mempertahankan Kebaikan Yang Sudah Dicapai
Hafshah puteri ‘Umar ibn l-Khaththāb pernah berkata kepada ayahnya: “Allāh sudah melapangkan rizki anda, menurutku wajar kalau anda menambah lebih banyak ragam makanan, dan mengenakan pakaian yang lebih mewah dari yang biasa anda kenakan.” Jawab ‘Umar: “Aku benar-benar menentang keinginanmu itu! Adakah Rasūlullāh pernah menganjurkannya?” ‘Umar mengulang kata-katanya ini sampai dua kali, lalu dia menangis. Katanya: “Aku kasih tahu kamu, demi Allāh. Rahasia kasih-Nya lebih jelas bagiku dalam hidup yang bersahaja daripada tersembunyinya musibah di balik hidup mewah.”

Allāhu a’lam bish-shawāb. Bagi ‘Umar, musibah atas iman dalam kemewahan sangat sulit diduga ataupun dimengerti. Sedangkan kasih Tuhan dalam kebersahajaan jauh lebih mudah dirasakan. Itulah sebabnya, dia tidak mau meninggalkan kebiasaan hidup bersahajanya, meski dia telah kaya raya. Bagaimana dengan kita? Semoga hidup kita yang sudah baik tidak segampang berubahnya kesabaran orang yang berkosong-kosong perut sepanjang siang, menjadi berlomba-lomba memenuhi perut segera setelah azan magrib. (Masih untung sempat mengaku: “Ya Allāh, semata untuk mengabdi pada-Mu, aku saum; karena hanya pada-Mu, aku beriman; dan hanya dengan rizki-Mu, aku berbuka).

disadur dari:
Kitab ‘Awārif al-Ma’ārif
Al-Bāb at-Tāsi’ wa ats-Tsalātsūn
Fī Fadhl as-Shawm wa Hasani Atsarihi

(1) Hadis “sabar separo iman” diriwayatkan oleh Abū Nu’aim dan Al-Khāthib dari Ibn Mas’ūd; sedangkan hadis “saum separo sabar” diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dan Ibn Mājjah dari Abī Hurairah.

(2) Lihat catatan kaki no.662, ayat 112 surat At Taubah, dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an.

(3) Qur-ān, surat Az Zumar, ayat 10.

(4) Yahya ibn Mu’ādz adalah seorang sufi yang mengajar di Asia Tengah. Salah seorang tokoh pertama yang mengajarkan tasawuf di masjid-masjid. Wafat pada tahun 258H/872M. Meninggalkan sejumlah buku dan kata-kata hikmah. Penekanannya terhadap sikap rajā’ (berharap ampunan dan kasih Tuhan) dibuktikan dengan sifatnya yang dikenal sangat cermat dan berhati-hati dalam beribadat dan urusan-urusan agama.

(5) Hadis Bukhāriy dan Muslim dari Abī Hurairah.

(6) Hadis Bukhāriy dari Abī Hurairah.

(7) Hadis Nasā-iy dan Ibnu Mājjah dari Abī Hurairah.

(8) Abū Thālib Al-Makkiy, Muhammad ibn ‘Aliy (w. 386H/999M). Seorang ulama hadis, ahli hukum Mālikiy, pemimpin tarekat Sālimiyah di Basrah, dan penulis kitab Qūt Al-Qulūb, salah satu karya paling berpengaruh di kalangan tasawuf generasi pertama. Dari kitab ini, Al-Ghazāliy banyak mengambil bahan untuk karyanya, Ihyā`.

(9) Qs. Al-Māidah 42.

Related Posts by Categories



7 komentar:

  1. Intinya saya sepakat, Pak! Sesungguhnya puasa diadakan itu dalam rangka ngliwet jiwa dan salah Ajang aktualisasi diri untuk menuju ketaqwaan. Kitabnya ada yang bisa didownload nggak, Pak?

    BalasHapus
  2. marhaban ya ramadhan, mari kita sambut bulan suci ini dgn ketaqwaan....salam, thx 4visit me

    BalasHapus
  3. salam sobat..trims info..
    semoga ramadhan nanti ibadah puasa kita semua lebih baik dari tahun lalu.
    semoga saum kita lebih baik dibandingkan saum sebelumnya.

    BalasHapus
  4. semoga ramadhan kita kali ini lebih baik dari kemaren-kemaren...amin

    salam kenal

    BalasHapus
  5. postingan yang bagus mas. selamat menjalani ibadah puasa... dan salam kenal

    BalasHapus
  6. salam..ayuh kita sama2 buat persediaan untuk menghadapi ramadhan..

    BalasHapus
  7. Maaf baru send coment...

    Smoga ibadah shaum qt thn ini lebih baik dari thn lalu. Amin...

    Keep in touch...

    BalasHapus