Sesungguhnya Tuhan memerintahkan kamu semua agar berkeadilan, berkebajikan dan berkepedulian terhadap sesama. Dan Dia membenci setiap kekejian, kemungkaran dan permusuhan!

18 Agustus 2009

BILA PARA PENDAHULU KITA SAUM

Mungkin ... sedikit mengingat bagaimana para pendahulu kita bersaum, dapat menambah kesiapan kita menjalani Ramadhan yang segera tiba. Selamat. Semoga Allāh menyampaikan kita kepada derajat takwa yang lebih tinggi dari takwa kita saat ini.


Mereka Benar-benar Menjaga Sunnah
Mereka sahur karena merupakan sunnah. Mereka mengharap berkah dengan makan sahur, dan membuat tubuh kuat melaksanakan saum.

Rasūlullāh bersabda: “Bersahurlah kalian karena sesungguhnya dalam sahur terdapat berkah.”(1)

Mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka juga karena merupakan sunnah, sehingga tidak pernah mereka menunda-nunda berbuka hingga lewat waktu isya.

Zaid ibn Tsābit bercerita: “Kami sahur bersama Rasūlullāh, lalu bangun untuk shalat subuh.” Ketika ditanya berapa jarak antara bersahur dengan shalat subuh, dia menjawab: “Sekadar orang membaca 50 ayat.”(2)

Rasūlullāh bersabda bahwa Allāh ta’ālā telah berfirman: “Hamba yang paling Kusukai ialah yang paling bersegera berbuka apabila sudah waktunya.”(3)

“Manusia itu selalu dalam kebaikan selama mereka segera berbuka apabila sudah waktunya.”(4)

Malah sebagian dari mereka berbuka sebelum melaksanakan shalat magrib, karena merupakan sunnah pula.

“Rasūlullāh berbuka sebelum shalat magrib dengan ruthāb (korma basah), kalau tidak dengan tamr (korma yang sudah dikeringkan), atau dengan air minum secukupnya,” begitu menurut Anas ibn Mālik.(5)

Mereka Tidak Berlebihan Mengkonsumsi Makanan-makanan Yang Dibolehkan
Kalau yang haram dan mengandung dosa sih sudah pasti telah mereka tinggalkan jauh-jauh.

Para guru yang saleh bermaksud mengendalikan nafs (elemen jahat dalam diri) dengan saum, dan mereka hendak mencegah diri dari kerusakan akibat selera makan yang dituruti. Karena itu mereka makan secukupnya, sewaktu sahur maupun berbuka, sekadar membuat tubuh kuat untuk melaksanakan ibadah. (Lihat penjelasan Yahya ibn Mu’ādz pada postingan terdahulu).

Mereka Beretika Lahir Batin
Mereka menahan segenap anggota badan dari berbuat dosa, sebagaimana mereka menahan diri dari berlebihan mengikuti selera perut atau mengangan-angankan nikmatnya berbuka kalau dengan makanan tertentu (segelas limun dingin, semangkuk kolak hangat, nasi putih panas, sambal, sayur, daging, dan ratusan makanan dan minuman lain yang dapat dibayangkan oleh selera umumnya orang yang saum).

Para guru yang saleh, kalau saum, apabila terbetik keinginan untuk berbuka dengan jenis makanan tertentu, maka pada saat berbuka, mereka tidak akan menyantap makanan tersebut meski dihidangkan bagi mereka secara cuma-cuma.

Mereka Memperhatikan Dengan Seksama Arah Perubahan-perubahan Suasana atau Kecenderungan Jiwa
Setiap kali mereka dapati perubahan suasana dan kecenderungan jiwa yang bisa mengarah kepada menyia-nyiakan atau menggampangkan urusan ibadat, maka segera mereka melawannya dengan membawa jiwa kepada suasana dan kecenderungan lain yang positif. Misalnya dorongan untuk menikmati secara berlebihan makanan berbuka, mereka putuskan dengan melaksanakan dua rakaat shalat, atau membaca beberapa ayat Al-Qur-ān, atau berdzikir dan beristigfar, sebagaimana yang diberitakan dalam sebuah hadis: “Putuskanlah keinginan makan kalian dengan dzikir.”(6)

disadur dari:
Kitab ‘Awārif al-Ma’ārif
Al-Bāb al-Hādiy wa al-Arba’ūn
Fī Ādāb ash-Shawm wa Mahāmihi

(1) Hadis Bukhāriy dan Muslim dari Anas ibn Mālik.

(2) Hadis Bukhāriy dan Muslim.

(3) Hadis Turmudziy dari Abī Hurairah.

(4) Hadis Bukhāriy dan Muslim dari Sahl ibn Sa’d.

(5) Hadis Abū Dāwud dan Turmudziy. ‘Āisyah membenarkan dua orang sahabat Nabi yang berbeda waktu berbukanya; satu berbuka sebelum shalat magrib, yang lainnya sesudah shalat magrib. “Begitulah yang dilakukan Rasūlullāh,” kata ‘Āisyah.

(6) Adzībū tha’āmakum bidz-dzikri. Sumbernya tidak disebutkan oleh Suhrāwardiy, pengarang kitab ‘Awāriful-Ma’ārif, dan kami pun kesulitan untuk menelusurinya.

Related Posts by Categories



6 komentar:

  1. salam sobat
    wah hebat para pendahulu kita dalam menjalankan ibadah puasanya..semoga kita bisa meniru beliau2 dalam melaksanakan puasa di bulan ramadhan nanti.

    BalasHapus
  2. فضل علم السلف على الخلاف

    BalasHapus
  3. Postingan ini menyegarkan kembali ingatan kita menyambut datangnya bulan yang penuh berkah.
    Marhaban ya ramadhan.
    Salam

    BalasHapus
  4. semoga puasa kita kali ini bisa lebih baik dari yahun-tahun sebelumnya.

    dengan membaca tulisan ini semoga sobat blogger terinspirasi.

    btw. mas aku link blog ini ya...kalau boleh link balik ya...thank..

    BalasHapus
  5. selamat menjalankan ibadah puasa.
    salam cinta dari penikmat puisi

    BalasHapus
  6. salam hangat selalu...
    ko belum apdet lagi..?

    BalasHapus